Jejak Sejarah Istana Kepresidenan Jakarta dan Bogor yang Disebut Jokowi Berbau Kolonial

2024-08-14    HaiPress

JAKARTA,iDoPress - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut Istana Kepresidenan di Jakarta dan Bogor berbau kolonial,sehingga menjadi pendorong pembuatan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Istana Garuda guna membuktikan kemampuan bangsa menjadi sorotan.

Pernyataan Jokowi disampaikan saat memberikan pengarahan kepada para kepala daerah se-Indonesia di Istana Negara Ibu Kota Nusantara (IKN),Kalimantan Timur,Selasa (13/8/2024).

"Bau-baunya kolonial,selalu saya rasakan setiap hari. Dibayang-bayangi (masa kolonial)," kata Jokowi.

Istana Kepresidenan di Jakarta dan Bogor memang dibangun di masa pemerintahan Hindia Belanda. Wilayah Hindia Belanda sebelumnya dikuasai oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC),dan kemudian dialihkan kepada Kerajaan Belanda.

Baca juga: Cerita Jokowi Ingin Lepas dari Kungkungan Bau Kolonial 10 Tahun Terakhir...


Istana Kepresidenan di Jakarta dibangun pada 1796 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Dia merupakan Gubernur Jenderal terakhir VOC di Batavia (Jakarta). Dia memerintah sampai pada 9 Februari 1755 sampai 22 Agustus 1801.

Pada masa kepemimpinannya terjadi pengalihan kekuasaan wilayah dari Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) kepada pemerintah Kerajaan Belanda yang ketika itu di bawah kekuasaan Napoleon Bonaparte.

Istana itu mulanya dibangun oleh seorang Belanda bernama Jacob Andries van Braam buat menjadi tempat peristirahatannya. Dia merupakan pengusaha kaya raya pada masanya sekaligus pejabat VOC.

Pembangunannya memakan waktu 8 tahun mulai 1796 dan selesai pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes Sieberg pada 1804.

Pemerintah Hindia-Belanda kemudian mengambil alih bangunan itu sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan kediaman gubernur jenderal.

Baca juga: Tinggal di Istana Jakarta dan Bogor,Jokowi: Bau Kolonial Saya Rasakan Setiap Hari ...

Karena fungsi itu Istana Kepresidenan Jakarta dijuluki sebagai Hotel Gubernur Jenderal (Hotel van den Gouverneur-Generaal).

Selain itu,gedung pemerintahan yang saat ini menjadi lokasi Kementerian Sekretariat Negara pada masa lampau dijuluki Gang Secretarie karena menghadap ke gang.

Awalnya,Istana Kepresidenan Jakarta merupakan bangunan bertingkat dua. Namun,tingkat atas bangunan diruntuhkan.

Sementara itu,bagian depan Istana Kepresidenan Jakarta diperlebar untuk menampilkan wajah lebih resmi sesuai dengan sosok yang menempatinya.

Istana Gubernur Jenderal juga dilengkapi tempat penginapan atau asrama bagi para kusir dan ajudan.

Baca juga: Jangan Keliru,Ini Perbedaan Istana Garuda dan Istana Negara IKN

Karena kegiatan semakin banyak dan bangunan utama dianggap sudah tidak sanggup menampung,maka Gubernur Jenderal Pieter Mijer pada 1869 mengajukan permohonan untuk membangun sebuah "hotel“ baru di belakang “Hotel Gubernur Jenderal“ atau disebut juga Istana Rijswik (Istana Negara).